laptop

Dear Blake

Blake adalah komputer jinjing saya. Namanya bukan asal asalan. Ada arti di baliknya. Saya tidak mau menamakan hanya nama saya di dalamnya. Ada nama saya dan adik adik saya di dalamnya. E untuk kata entity. Jadi Blake adalah komputer jinjing yang dimiliki tidak hanya oleh saya tapi juga oleh kami. *info nggak penting.

Usianya sudah hampir dua tahun. Tapi cerita yang dipunyai sudah begitu beragam. Di bulan bulan awalnya, saya memasukkan ke service center selama dua bulan dan harus selalu gigit jari karena mereka bilang barangnya sedang diperbaiki. LCD nya kena gores karena beban yang terlalu bertumpuk.

 Di beberapa bulan selanjutnya, tas saya jatuh ke air. Blake berendam. Di bawah hujan, saya diantar pulang oleh teman saya. (thanks, Rega). Saya meminta bantuan ke Amrin dan Dani mengenai hal apa apa saja yang harus dilakukan. Ia bilang untuk mencari hairdryer atau kipas angin. Hairdryer adalah barang yang agak sulit ditemui disini. Saya tidak punya. Apalagi tetangga tetangga saya. Akhirnya saya memutuskan untuk meminjam hair dryer ke tempat Cici. Ia hanya mempunyai kipas angin.

Dengan penuh usaha, saya angin anginkan Blake selama hampir satu minggu. Saya hampir sakit gara gara kipas angin selalu terpasang dengan kecepatan tinggi terutama selama saya tidur. Tapi saya bersyukur karena Blake sembuh.

Blake sembuh, tapi tidak dengan chargernya. Charger Blake mati total mungkin karena korsleting. Saya harus bertahan dengan pinjam charger sana sini. Jika teman yang mempunyai merk yang sama dengan saya tidak datang, maka saya harus mencari merek lain. Toshiba adalah penyelamat Asus. Oleh karena tidak mungkin jika saya terus terusan meminjam, saya berusaha untuk mencari charger. Tadinya saya bimbang mau beli gres atau kw. Kalau Gress bisa sampai 400.000 (bisa nangis saya kalau uang keluar segini cuma buat beli charger ori ini. Duit pas pasan) sedangkan kalau KW yang baik mungkin hanya Rp.75.000. setelah berkeliling ke banyak toko, akhirnya saya bisa mendapatkan charger baru. Beruntungnya saya, charger tersebut ori second seharga Rp.150.000

Tragedi tenggelam berakhir, digantikan dengan tragedi jeruk peras. Suatu hari karena saya bingung dimana tas saya berada, maka saya letakan komputer saya di tas yang lain tanpa saya sadari bahwa ada jeruk yang lupa saya keluarkan dari tas. Sorenya saya pulang dan menemukan bahwa Blake sudah bau jeruk. Ujung sisinya terkena tumpahan air jeruk. Tapi untungnya selamat. Blake masih hidup.

Dua minggu lalu, Blake saya masukan ke service center di salah satu teman. Ada masalah di dalamnya. Sering sekali dalam beberapa waktu, Blake tiba tiba hibernate padahal saya masih mengerjakan. Saya pikir ini akibat terkena debu entah itu debu jalanan atau debu Kelud kemarin. Setelah diteliti oleh teman saya, ternyata tidak ada masalah yang berarti pada Blake. Hanya perlu install ulang software di dalamnya. Saya bersyukur.

Masalah belum juga selesai. Baru dua hari yang lalu, tepatnya H-1 Pameran Kulonuwun Gelanggang yang diadakan oleh teman teman Unit Seni Rupa, saya kehilangan charger yang saya letakkan dalam tas ungu saya. Saya cari ke beberapa tempat tapi sayangnya saya tak kunjung menemukan charger tersebut. Lemas. Saya bersedih. Di dalamnya ada charger serta leavo, tempat minum saya yang berwarna hijau. Gini nih kalau nenteng barang. Perempuan selalu menenteng barang (saya bukan salah satunya sebenarnya. Saya nggak pernah suka nenteng barang karena hampir tiap kali saya nenteng barang maka saya akan lupa. Itulah menyebalkannya. Makanya tas saya bisa sangat menggembung karena saya masukkan semua barang di dalamnya. Asal nggak nenteng barang lah). Ya sudahlah, kalau emang masih rejeki ya semoga kembali pada saya. Kalau tidak?. Ah taulah. Pikir belakangan. *keluar duit lagi buat charger. Puk puk dompet saya. Penghematan ekstra nih