magang

Basic Development Program Batch VI PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Basic Development Program adalah sebuah kegiatan orientasi bagi karyawan baru PT. KAI. Semacam MOS atau Ospek gitu lah kalau di sekolah. Bedanya, kalau MOS atau Ospek diselenggarakan oleh sekolah, di dalam sekolah dan diurus oleh warga sekolah. Kalau BDP, dilaksanakan oleh Pusdiklat KAI bekerja sama dengan TNI. Tempat pelaksanaannya bukan di wilayah kantor KAI. Tapi di Pusdiklat TNI di Cimahi sana. Jadi ya, bisa dikira kira sendiri bagaimana kece badainya pelatihan selama hampir setengah bulan ini. Denger denger dari senior sih kalau dulu ada diklat, bisa sampai tiga-enam bulan. Berbulan bulan?? Huaaaa.. makasih.

Pra BDP

Sebelum melaksanakan BDP, kami harus meminta telex, surat kesehatan dan surat jalan dulu dari kantor dimana kami ditempatkan. Setelah ketiganya lengkap, kami berkumpul di Pusdiklat Laswi sebelum pukul 11.00 siang, waktu itu hari selasa. Pukul 11.00 siang kami melaksanakan Pre test. Soalnya ya tentang dasar dasar perkereta apian. Tes ini ditujukan untuk mengukur tingkat pemahaman karyawan baru terhadap perusahaan dan bidang mereka. Btw, nanti juga ada post testnya juga kok kalau udah hampir selesai BDP.

Belum juga BDP dimulai, kami sudah diperlakukan ala ala militer. Ketika makan siang, kami harus berjajar dan merapatkan box makan siang kami. Baru saja snack habis, sepuluh menit kemudian datang nasi box. Wah.. masih juga kenyang udah disuruh makan lagi. Dan.. makanan tidak boleh tersisa. Waktu makan hanya diberikan kurang lebih tujuh menit. Super singkat dan saya kaget. Hiks. Biasanya waktu makan saya nyante. Berkisar antara sepuluh sampai dua puluh menit. Menyingkat makan saya dengan porsi standar selama kurang dari sepuluh menit cukup membuat saya harus beradaptasi lebih.

Keberangkatan dari Laswi menuju Cimahi kurang lebih satu jam. Sebelum keberangkatan, kami diberikan waktu untuk menghubungi keluarga sebelum hape disita.

Mulai BDP
Tiba di Cimahi kurang lebih siang agak sorean. Setelah dibagi per peleton, hape dan seluruh gadget dan uang disita. Tak ada lagi yang tersisa. Kami harus jujur bahkan sampai se sen pun uang yang kami miliki. Kemudian kami menerima pembagian pakaian dinas lapangan, ember, gayung, sepatu lapangan dan topi. Sepuluh menit kemudian kami sudah harus siap di lapangan menurut kompi dan peleton masing masing. Waktu itu saya dapat di peleton 3A.

Hari pertama sih diisi dengan kedisiplinan. PBB gitu lah. Sampe magrib, kemudian makan malam yang ala ala militer lagi. Kemudian baris berbaris, apel dan kemudian tidur. Kami harus bangun pukul 4 dan sudah harus siap senam di lapangan. Barak putri sih bangunnya jam 3 soalnya antri mandi. Hehe.

Ada cerita tentang kegiatan makan yang tidak akan pernah kami lupa. Makan ala tentara berarti harus tertib, tenang dan disiplin. Tidak ada yang bersuara selama kegiatan. Tidak boleh ada sendok yang berdenting, tidak boleh ada suara kursi yang diseret, tidak boleh ada suara ngobrol dan tidak boleh ada lauk yang disisakan. Sering kami diomeli karena sendok yang berdenting. *ya mau gimana lagi orang sendok dan omprengan ya pastinya berdenting kalau lagi makan. Mau pelan sekalipun juga tetap saja berdenting. Kecuali kalau piringnya plastik (sayang sekali semua piring modelnya omprengan. haha). Kalau kami melakukan kesalahan walau sekecil apapun, pelatih akan menyuruh kami merangkak hingga ke pintu, mengangkat kursi di atas kepala selama lima menit (sambil diomeli), atau memperpendek waktu makan. Hukuman yang terakhir ini yang sial banget. Nasi masih banyak tapi waktunya tambah dikit. Banyak diantara kami yang juga kaget dengan sistem makan yang sangat cepat. Tipsnya: jangan makan satu meja sama cewek cewek. Ngalamat nggak akan habis, apalagi kalau cewek ceweknya manja (untungnya banyak cewek BDP yang makannya oke). Makan dikit, disisain dan masih ngeluh. Wah.. selamat deh. Cari meja cowok karena mereka nggak begitu bawel dan porsi cowok tau sendiri kan ya banyaknya kayak gimana. Haha.

O, ya jadi teringat ada beberapa teman yang mengeluhkan makanan di Pusdiklat. Makanannya enak kok. Bahkan menurut saya makanannya itu porsi buat diet sehat. Saya pernah melihat saudara saya yang sakit dan makanannya harus diatur kalorinya. Ya begitu itu makanan di Pusdiklat kemarin. Seriusan nggak bakal mati kelaparan disana. Bahkan percaya deh, bobot kalian bakalan naik. Tambah endut. Snack kenyang satu kali sehari dan makan teratur tiga kali sehari, makanan rumahan dan tidak banyak pengawet. Bahkan empat sehat lima sempurna minus susu. Seriusan makanan sehat banget. Nggak usah dikeluhin. Bersyukur aja ada yang masakin buat kita, nyiapin dan kita tinggal datang, makan dan pergi. Enak pula. Bayangin deh gimana kalau kita suruh ngurus sendiri makanan kita. Apa nggak pada tipes semua gara gara kecapekan. Makanan yang udah ada di atas piring juga usahakan habis. Kalau bisa jangan sisakan walau sebiji nasi pun karena kita tidak tahu di butir ke berapa berkah dari Yang Kuasa turun. Toh itu juga sebagai rasa syukur kita karena bisa makan dengan baik. Coba lihat banyak orang di luar sana yang hanya untuk urusan makan aja harus usaha sampai berdarah darah. Syukuri dan nikmati. Itu saja.

Tentang jam tidur, bahkan BDP sudah selesai beberapa minggu yang lalu, saya masih merasakan ritme tidur saya berubah. Tadinya saya yang tidur nggak tentu jam sekarang tidur lebih teratur dan bangun lebih pagi. Makan yang tadinya asal asalan baik menu maupun jam makan, sekarang kerasa di jam tertentu tubuh merespon rasa lapar dengan lebih teratur. Pokoknya hidup serba lebih teratur. Tidak hanya mengajarkan kedisiplinan fisik dan mental, BDP mengajarkan saya untuk belajar mendalami psikologi seseorang. Bagaimana kondisi teman teman ketika tertekan, kondisi mereka ketika mendapatkan kesenangan, ketika dalam kekalutan dan lain sebagainya. Contoh yang tersimpel saja. Ketika jam tidur. Saat itu, karena keterbatasan tempat tidur, saya meminta ijin pelatih untuk tidur di ruangan sebelah yang masih berhubungan dengan ruangan dimana teman teman saya tidur. Believe or not, hanya saya yang tidur di ruangan itu sendirian dan ke dua puluh teman perempuan saya tidur di ruangan satunya. Meskipun hanya dibatasi oleh gorden, tetap saja saya tidur sendirian di ruangan itu. Bagaimana perasaan saya? Tentu campur aduk. Walaupun saya tidak terlalu jirih (penakut), tetap saja saya seorang yang memiliki ketakutan. Apalagi bangunan yang kami tempati usianya sudah ratusan tahun. Pelatih dari awal sudah mewanti wanti kami untuk tidak melamun dan melakukan hal yang aneh aneh. BDP angkatan sebelumnya saja ada yang kesurupan lebih dari empat orang. Kan fatal tuh. Ya wajar saja kalau kami terkadang merasa takut. Saat itu harusnya ada teman yang menemani saya tidur di ruangan tersebut. Namun nyatanya hingga hari terakhir kami disana, saya tidur sendirian. Nah, lagi lagi kesetiakawanan akan diuji. Yakin po kamu akan membiarkan temanmu berjuang sendirian (mengatasi rasa takut). Yakin po kamu akan membiarkan temanmu tidur sendirian sementara kamu sadar tempat yang kalian tempati itu bukan tempat yang sepenuhnya aman sebenarnya. Untung saya bukan orang yang terlalu penakut. Setidaknya saya sedikit cuek (walaupun kadang sering takut juga karena walau bagaimanapun dunia lain itu ada). Sering ketika kegiatan berakhir dan kami kembali ke barak untuk istirahat, saya segera menarik selimut, berdoa dan tertidur pulas hingga giliran jaga saya atau hingga pukul tiga dimana secara otomatis saya akan bangun dan segera mengambil ember untuk mandi untuk menghindari antrian kamar mandi. Haha. Lupakan soal pengalaman bobok sendirian saya. Yang penting, selalu ingatlah Tuhan karena Ia yang punya kuasa atas segala mahlukNya. Bismillah dan jangan lupa kulonuwun.

Kegiatan BDP

Oke, lanjut ke kegiatan BDP. Standar sih, tiga hari pertama penuh dengan PBB. Jadi mengulang masa masa SMP lagi. Haha. Sejak hari pertama kami dilatih yel yel agar nanti di hari penutupan kami sudah biasa perform. Tau sendiri kan didikan TNI itu kayak apa disiplinnya. Hukuman udah biasa. Tipsnya: suaranya yang kenceng dan patuhi peraturan. Itu aja. Bangun pagi, senam, bersih bersih, makan pagi, kegiatan sampe makan siang, kegiatan lagi sampe makan malam, kegiatan lagi sampe mau tidur – tidur bentar – jaga malam – tidur lagi – bangun begitu seterusnya.

Di BDP ini saya mengenal istilah “jangan makan tulang kawan” artinya kita seenaknya sendiri tanpa mempedulikan kawan yang sengsara. Enak enakan tidur di ruang kesehatan hanya karena pusing sedikit atau pura pura sakit sedangkan teman teman kita di lapangan dijerang panas, berlatih hingga kaki melepuh. Benar juga kata pelatih. Teman sedang berjuang kita malah enak enakan. Kalimat pelatih benar benar membuat semangat senasib sepenanggungan semakin berkobar. Tapi kalau memang mengalami sakit, jangan memaksakan diri. Jangan bikin susah pelatih juga karena kita terlalu semangat malah pura pura kuat dan kemudian ambruk. Kan kita juga yang rugi. Fyi, kalau sakit lebih dari tiga hari, ucapkan selamat tinggal pada BDP. Dijamin bakal ngulang diklat karena salah satu syarat wajib pengangkatan pegawai KAI adalah lulus dari BDP. Jadi, siapkan stamina sebelum pergi BDP.

Kegiatannya tidak melulu di dalam area Pusdikhub TNI AD. Ada juga namanya sesi orientasi, dimana kami dilatih untuk merangkak, skotjam, guling guling, dan aneka kegiatan fisik lainnya. Kami jalan sejauh radius dua kilometer menuju lapangan. Disana kami berguling guling dari satu sisi lapangan ke sisi yang lain. Banyak yang muntah? Jangan tanya lagi. Pandangan berputar putar, pening kepala euy. Kemudian kami bergerak menuju sungai, kurang lebih satu kilometer. Sungai yang saya pikir bening itu berarus kecil dengan warna kecoklatan ditambah sampah disana sini. Kami meniti tali turun ke sungai dan disuruh berendam di dalam air sungai. Baju PDL yang berbahan kaku itu semakin terasa berat kena air apalagi cuaca menjelang mendung. Buat yang lagi menstruasi nggak usah turun. Ntar berubah warna sungainya kan bahaya. Hehe.

Gimana tuh kalau hujan?. Tenang.. acara nggak akan mandeg begitu aja terus kita suruh tidur di barak. No no no. Kalau hujan, acara tetep jalan. Cuma, dipindah di ruangan yang teduh. Kegiatan pun juga tidak seluruhnya kegiatan fisik di lapangan. Ada beberapa hari dimana kita harus ikut kuliah dari gumil (guru militer) dan dosen trainer KAI. Materinya nggak tanggung tanggung, itu semua keluar dalam post test. Jadi, dengarkan saja mereka berpetuah. Tips lulus ujian post test (believe it or not, ada sekian belas orang tidak lulus post test): dengerin ceramah dengan seksama dan sebaik baiknya. Buku fotokopian materi yang tebel itu nggak akan banyak membantu kalian. Nggak usah repot repot belajar khusyuk karena kalian udah capek seharian kegiatan. Yakin sebelum tidur mau tetep belajar? Haha. Tidur aja mending. Refresh tubuh dan pikiran.

Ngecamp di Hutan Karet

Dari seluruh kegiatan BDP, menurut saya yang paling seru itu ya ketika ngecamp di hutan. Saya nggak akan bilang ini kegiatan survival, mengapa? Karena nggak beneran survival. Yang namanya survival ya semacam camping di gunung atau beneran ngecamp di hutan. Kalau BDP? Yakin warga sipil kayak kita mau survival beneran? Impossibel dengan persiapan yang sangat singkat. Haha. Bikin tenda diajarin. Bahan makanan macam singkong, ikan disediain (ya, walaupun kita harus nyari bahan makanan tersebut dengan menentukan titik azimut dengan kompas. Pokoknya usaha banget deh). Nggak bisa bayangin jika kita dilepas begitu aja, terus nyari makanan dan liat pohon singkong terus asal cabut. Padahal pohon itu ada yang punya, nah nyuri itu namanya. Padahal sebagai manusia yang hidup dalam kondisi normal bahkan berlebih, mencuri adalah perbuatan yang diharamkan.

Maka, kami pun dikondisikan untuk survival di hutan karet terdekat dari Pusdikhub Cimahi yakni di daerah Cikalong. Ngapain aja?. Pertama siap siap dan nyampe di checkpoin sekitar jam delapan pagi. Kemudian bikin yel yel dan persiapan pemberangkatan. Selama perjalanan kita akan berhenti di pos pos permainan (waktu itu sih permainan memindahkan bola dengan menggunakan kedua kaki, masukin orang lewat jaring laba laba, mindahin tali tapi tangan nggak boleh lepas dan mendirikan menara gelas akua). Lanjut menuju ke tempat ngecamp, kami bagi tugas untuk mendirikan tenda dan mencari logistik serta masak makan siang. Saya jadi pengen ketawa ketika ada salah satu teman saya ditanyai “lebih senang dimana, di barak apa di hutan”. Temen satu peleton saya itu jawab “disinilah. Makan terasa nikmat”. Haha. Ada ada aja. Ya gimana nggak nikmat, makan singkong rebus buat makan siang aja usahanya segitu mati matiannya. –dan makan nggak diburu buru-. Haha. Ikan harus ditangkap di kolam sampe pakaian yang harus dipakai malamnya basah semua –dimana kami tidak boleh ganti pakaian lain-. Bikin bara api tapi kayu yang disediakan masih agak basah, maka jadilah kami harus mengumpulkan ranting dari patahan patahan pohon karet yang meranggas. Baru aja singkong naik, hujan turun. Kami harus bikin bara baru di dekat tenda dengan kekhawatiran tenda bolong karena api. Maka kami menjaga agar tenda tetap aman.

Caraka malam

Caraka malam adalah bahasa halus dari jerit malam –salah satu kegiatan kepramukaan yang saya nggak suka-. Caraka malam artinya kegiatan penyampaian berita dari satu tempat ke tempat lain dengan tetap menjaga kerahasiaan dan amanah hingga ke tempat tujuan. Caraka malam kami berlangsung di sekitar tenda –ya, meskipun harus berjalan muter kesana kemari-. Kami hampir saja kehilangan arah karena tali kuning yang seharusnya kami ikuti terputus di tengah jalan. Untung teman teman saya satu tim kece badai. Mereka segera menyadari bahwa kami harus kembali ke track yang benar. Baru saja berjalan kurang lebih seratus meter, saya secara tidak sengaja menjatuhkan wadah deresan karet. Saya jadi teringat para penderes karet yang harus bangun pagi buta untuk mengambil karet dalam kegelapan dan dinginnya subuh. Jika satu saja pohon yang tidak tertampung karetnya, maka entah mereka bisa dapat berapa kilo deresan. Satu pohon memang sepele tapi pada satu pohon juga mereka gantungkan kehidupan anak istrinya. Baru saja meletakkan wadah, sesosok mahluk bertopeng hitam dan berbaju hitam hitam menyeruak dari semak pohon bambu mengageti kami. Kami menjerit dan setengah berlari. Untung saya nggak lempar botol Aqua, kalau nggak pelatih Dudi yang waktu itu menyamar pasti akan mencak mencak ke kami. Haha. Tapi betulan, saya nggak habis pikir. Waktu itu pelatih sendirian apa berdua ya? Soalnya tempat itu juga sangat rawan binatang (atau mahluk lain). Kalau benar ia hanya sendirian dan hanya ditemani HT sebagai alat komunikasi dengan pos lain, ha kok selo tenan.. haha

Lima puluh meter kemudian sesosok mahluk dijatuhkan dari ketinggian pohon. Biasa.. mau nakut nakutin dalam bentuk pocong pocongan. Lalu kami meneruskan perjalanan. Sering kami terantuk lubang tempat bibit karet ditanam sedalam satu kaki. Maka kami harus berhati hati dalam perjalanan. Ada juga pocong yang diikat di pohon, kemudian dupa yang diletakkan di sepanjang perjalanan, beberapa sosok hitam hitam di sudut sudut, orang berpakaian hitam hitam yang berlari di sepanjang jalan seolah mengikuti kami. Cukup banyak deh gangguan gangguannya. Terus berdoa, percaya sama temen, saling menjaga dan tetap jaga rahasia caraka (soalnya ada juga yang keceplosan bocorin isi berita yang harus ia sampaikan. Haha. Walaupun bocorinnya juga sama pelatih sendiri, tetep nggak boleh kalau bukan di tempat yang dituju). Ada yang kesurupan? Alhamdulilah nggak. Cuma ada satu anak cewek yang hampir pingsan karena ngeliat penampakan. Positive thinking-nya sih mungkin karena dia kecapekan. Spesial thanks untuk temen satu tim caraka saya. Kami saling menjaga satu sama lain. Caraka Malam berakhir pukul 11.00 an lalu kami kembali ke tenda dan tidur. Meskipun tidur di hutan, tetap saja jam jaga malam tetap berlaku.

Saya punya cerita tentang jaga malam di tenda putri. Saat itu saya seharusnya berpasangan dengan satu orang lain yang juga memiliki tanggung jawab untuk berjaga malam selama satu jam saja (cuma satu jam lho.. satu jam doang). Ketika jam kami berjaga, kami memang terbangun. Tapi apa kemudian yang terjadi? Dia berbaring dan (entah apakah ia) tidur lagi sedangkan saya berjaga sendirian dalam keadaan duduk sambil tetap melihat teman teman saya barangkali ada yang bangun dan butuh ditemani ke kamar mandi darurat yang gelap nun seratus meter di bawah tenda kami. Dia sudah diingatkan tapi tetap berbaring. Plis coy.. saya juga kedinginan, ngantuk nggak tertahankan, nggak nyaman. Nggak cuma kamu doang. Tapi cuma karena ngerasa semangat kebersamaan saya dan teman teman yang sebelumnya berjaga pun ngebela belain satu jam kedinginan dan ngantuk cuma buat jagain temen lainnya. Bahkan salah seorang kawan (dia sudah berjaga sebelum saya) sempat menawarkan jika ada apa apa saya bisa mengajaknya untuk berjaga, tapi saya tak tega untuk membangunkannya. Maka, jadilah saya berjaga sendirian di dalam tenda. Ya, anggap saja sendirian meskipun sebenarnya ada tentara yang berjaga juga di luar tenda kami. Memang, kegiatan seperti ini akan menunjukkan karakter masing masing. Mana yang setia, mana yang bertanggung jawab, mana yang makan tulang kawan, mana yang tak setia kawan, mana yang egois mana yang baik hati. Jadi, kalau mau lihat karakter teman temanmu ikutlah BDP.

Paginya, kami membongkar tenda dan siap siap untuk melakukan longmarch sejauh sepuluh kilometer lebih menuju truk yang akan mengangkut kami kembali ke Pusdikhub. Jalan jalan liat pemandangan dan lingkungan warga sekitar Cikalong deh intinya. Sangat menyenangkan. haha.

Mountaineering

Sesi menyenangkan lainnya: mountaineering. Ya, apalagi kalau bukan outbond dengan memakai peralatan high risk. Ada titian satu tali tambang (menyeret tubuh di atas tali tambang. Hanya cowok yang bisa mencoba), titian dua tali tambang (berjalan di atas tali tambang), jaring laba laba (meniti jaring jaring setinggi kurang lebih lima meter) dan rapling. Saya hanya bersorak sorai bahagia.

Banyak yang saya pelajari dari BDP ini. Kesemuanya terangkum dalam tiga hal: kesungguhan dalam beradaptasi dan belajar, kesetiakawanan dan cinta pada instansi. Yang namanya perubahan dalam hidup adalah sesuatu yang mutlak. Jadi, siaplah untuk beradaptasi dan belajar untuk kuat menghadapi rintangan. Yang namanya manusia nggak akan bisa hidup sendiri. Seringkali kita membutuhkan dukungan dari manusia lainnya. Maka, kesetiakawanan adalah tali yang mempersatukan kita. Kalau masuk surga, bareng bareng lah. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan berbuat baiklah pada sesama dan jangan pilih kasih. Yang namanya hidup itu tidak butuh hanya dengan cinta. Jadi, berpikirlah realistis. Jangan pikir hanya dengan modal cinta kita bisa menghidupi keluarga. Maka, mencari nafkah adalah salah satu kewajiban kita yang sudah harus berkeluarga sebagai salah satu tanda mencari ridhoNya. Mencari nafkah dimulai dengan rasa suka dan syukur. Dan.. bersyukurlah dan wujudkan itu dengan cinta dengan instansi agar kita bisa bekerja dengan ikhlas. Niatkan saja untuk akhirat. Jangan niatkan untuk uang. Kalau untuk akhirat, dua dua nya dapat. Tapi kalo niat kerja cuma buat uang, uang aja yang dapat akhiratnya wallahualam.

So, selamat berBDP untuk kalian yang sedang akan menjalani masa BDP. Dibawa sante aja, dinikmati dan niati untuk ibadah. Good Luck.